Opini, Gema Sumatra – Di era yang semakin canggih seperti saat ini, rasanya kurang lengkap jika kita tidak merasakan kemajuan teknologi yang juga semakin pesat. Gadget, sebagai salah satu contohnya, telah menjadi barang yang wajib dimiliki oleh semua orang, mulai dari kalangan muda hingga tua, hampir semuanya menggunakan gadget. Namun, penggunaan gadget yang tidak diawasi dan dibatasi dapat menimbulkan masalah serius, seperti kecanduan, serta pemanfaatannya sebagai sarana untuk mengumpat, perundungan, bahkan melakukan kekerasan.
Kasus pembullyan yang terjadi melalui gadget di platform media sosial seringkali terjadi, terutama di kalangan remaja, yang disebabkan oleh kurangnya pengawasan dari orang tua, sehingga remaja masa kini bebas mengakses berbagai hal di media sosial.
Fenomena pembullyan atau kekerasan di platform media sosial ini dikenal dengan sebutan Cyberbullying.
Berdasarkan data yang terdapat dalam Laporan Tetra Pax Index 2017, sebanyak 132 juta orang Indonesia adalah pengguna internet, dan terdapat 106 juta orang Indonesia yang aktif di media sosial. Ini adalah angka yang sangat mengesankan, sehingga Indonesia menempati peringkat kedelapan sebagai pengguna media sosial terbanyak di Asia Tenggara. Hal ini menandakan bahwa mayoritas penduduk Indonesia memanfaatkan internet dan media sosial.
Terdapat berbagai komentar negatif yang sangat mudah kita temui di dunia maya. Beberapa di antaranya mengejek penampilan, menyindir, bahkan ada yang sampai menginginkan orang tersebut mati atau diusir. Wah, komentar-komentarnya terkesan sangat kejam. Sungguh menyedihkan untuk membacanya. Selain itu perundungan sangat berdampak pada Kesehatan.
Korban perundungan sering kali mengalami kecemasan, depresi, dan perasaan tidak berharga. Penerimaan sosial menjadi sangat krusial di era digital ini, di mana komentar negatif atau penghinaan dapat menimbulkan gangguan psikologis yang signifikan.
Penurunan kepercayaan diri akibat perundungan dapat merusak harga diri dan mengurangi rasa percaya diri korban, sehingga mereka merasa terisolasi dan kurang dihargai. Gangguan tidur dan stres menjadi masalah bagi korban, yang mungkin merasa cemas mengenai interaksi di media sosial, yang berdampak pada kualitas tidur mereka. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan fisik, seperti sakit kepala atau masalah pencernaan. Dalam keadaan yang lebih serius, bisa jadi muncul gangguan makan atau masalah fisik lainnya. Adanya penyalahgunaan identitas berbagai bentuk perundungan, seperti pencemaran nama baik atau penyebaran fitnah, dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, merusak reputasi korban di berbagai aspek kehidupan.
Masalah hukum di sejumlah negara, tindakan perundungan secara daring dapat dikenakan sanksi pidana atau denda, bergantung pada tingkat keparahan dari perbuatannya.
Untuk mengatasi masalah ini, peran institusi pendidikan, baik itu sekolah maupun universitas, sangatlah penting.
Terdapat beberapa saran untuk menghadapi komentar negatif jika kita menjadi korban. Saran ini terbagi menjadi dua aspek, yakni aspek teknis dan non-teknis.
Aspek teknis dapat diimplementasikan dengan menonaktifkan fitur komentar di media sosial kita. Terdapat beberapa situasi di mana untuk mengurangi tekanan sosial, orang-orang memilih untuk mengunci fitur komentar, sehingga tidak ada komentar yang masuk. Selain itu, langkah kedua adalah memblokir atau memfilter individu yang memberikan komentar negatif. Langkah ketiga adalah dengan mengatur akun kita menjadi terkunci atau privat, sehingga kita dapat memilih teman yang diizinkan untuk melihat postingan kita.
Dari sudut pandang non-teknis, kita perlu belajar untuk merespons dengan positif dan jelas, mengakui bahwa perilaku tersebut adalah hal yang wajar bagi seseorang. Ambillah komentar negatif sebagai kesempatan untuk merefleksikan kekurangan diri kita. Jika kita bersikap dewasa, pasti kita bisa bertransformasi secara bertahap.
“Menurut saya, tanggapi lah komentar dengan cara berfikir dewasa, ambil positifnya dan buang negatifnya, jangan memberikan respon atau melayani komentar yang jahat, dan jangan terlalu memikirkannya. Saya menyarankan bahwa jika komentar tersebut sudah melewati batas, sebaiknya laporkan kepada pihak berwajib”
Dalam menghadapi masalah ini, peran keluarga memiliki arti yang sangat penting. Hubungan yang erat dengan keluarga memiliki pengaruh besar dalam membentuk kepercayaan diri individu. Oleh karena itu, ketika menghadapi masalah atau konflik, adalah lebih baik untuk mendiskusikannya secara langsung dengan anggota keluarga. Apakah masalah tersebut berkaitan dengan orang tua atau tidak, pada dasarnya tidaklah menjadi hal yang krusial.
Yang terpenting adalah untuk membicarakannya terlebih dahulu. Sampaikan kepada orang tua bahwa kita sedang mengalami kesulitan, kondisi yang tidak menyenangkan akibat pergaulan dengan teman-teman, dan bahwa kita memerlukan bantuan dari mereka. Orang tua yang baik tentu akan memberikan semangat dan motivasi. Oleh karena itu, jangan lupa untuk berbagi cerita dengan seseorang yang menurut kalian dekat. Itu sangatlah penting.
Seringkali, kita bersikap egois dan tidak memikirkan konsekuensi dari tindakan kita terhadap orang lain. Terlebih lagi, ketika kita tidak mengenal orang tersebut secara pribadi, dan dia pun tidak mengetahui siapa kita. Hal ini membuat kita lebih mudah untuk mengejek atau berbuat jahat terhadapnya di media sosial.
Kita cenderung melupakan bahwa orang itu juga seorang manusia yang memiliki perasaan dan kehidupan. Terkadang, kita lupa untuk menebarkan kebaikan di dunia ini dan justru menyebarkan hal-hal yang dapat berdampak negatif bagi orang lain.
Sebenarnya, memberikan komentar dengan kritik yang membangun itu diperbolehkan. Namun, kita perlu bijaksana dalam membedakan antara komentar yang konstruktif dan komentar yang bersifat jahat. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, dan yang mereka butuhkan adalah dukungan untuk kembali ke jalan yang benar, bukan serangan dengan ujaran kebencian.
Sebelum kita memposting sesuatu di dunia maya, sebaiknya kita mempertimbangkan terlebih dahulu konsekuensinya. Apakah itu membawa dampak positif yang bermanfaat, atau justru sebaliknya, berdampak negatif yang merugikan? Sebarkanlah kebaikan, bukan kebencian.