Shell Dikabarkan Tutup SPBU di Indonesia, Apa Sebabnya?

Penutupan Operasional SPBU Shell

Ket foto: SPBU Shell Tutup (Sumber Foto : Pinterest/tazkidr)
Ket foto: SPBU Shell Tutup (Sumber Foto : Pinterest/tazkidr)

Headline, Gema Sumatra – Shell Indonesia memutuskan untuk menghentikan operasional seluruh SPBU di Medan, Sumatera Utara, pada tahun ini.

Keputusan ini melibatkan sembilan SPBU yang akan berhenti beroperasi.

Vice President Corporate Relations Shell Indonesia, Susi Hutapea, menjelaskan langkah ini adalah bagian dari strategi global Shell yang berfokus pada energi rendah karbon dan peningkatan efisiensi.

“Kami menciptakan nilai lebih dengan emisi lebih rendah. Penutupan ini mencerminkan fokus kami pada pengembangan solusi energi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Meski menutup SPBU, Shell menegaskan komitmennya terhadap pasar Indonesia melalui bisnis pelumas.

Perusahaan ini telah membangun pabrik Grease Manufacturing Plant di Marunda, dengan kapasitas 12 kiloton per tahun, untuk memenuhi kebutuhan pelumas di pasar domestik.

Lihat Juga:  Ancaman Trump terhadap BRICS Picu Respons

Selain itu, mereka menggandakan kapasitas pabrik pelumas di Lubricants Oil Blending Plant hingga 300 juta liter per tahun pada 2022.

Langkah ini, menurut Shell, menunjukkan optimisme terhadap pertumbuhan industri pelumas di Indonesia.

Di tengah isu ini, Shell menghadapi tantangan mempertahankan kepercayaan konsumen.

Para ahli menilai, strategi Shell untuk berfokus pada pelumas merupakan respons adaptif terhadap perubahan pasar bahan bakar yang kini lebih terfokus pada efisiensi energi.

Profesor Tata Kelola Energi, Dr. Aditya Putra, mengungkapkan, “Peralihan ini adalah langkah strategis untuk tetap relevan di pasar energi yang dinamis.”

Shell juga memperluas inovasi produknya di Indonesia.

Mereka memperkenalkan cairan pendingin imersi dan pelumas mesin gas stasioner, yang mendukung sektor industri dan tenaga listrik.

Lihat Juga:  Membangun Sinergi, Dansatpom Lanud Sam Ratulangi dan Forkopimda Sulut Gelar Olahraga Menembak

Menurut Susi, “Inisiatif ini menunjukkan komitmen Shell untuk memberikan solusi energi yang inovatif kepada pelanggan kami.”

Namun, keputusan ini memunculkan berbagai spekulasi terkait posisi Shell di pasar Indonesia.

Beberapa pihak melihat langkah ini sebagai indikasi penurunan daya saing di sektor SPBU. Tetapi, Shell menegaskan bahwa Indonesia tetap menjadi pasar utama untuk bisnis pelumas mereka.

“Ini adalah bukti komitmen kami terhadap pasar Indonesia,” tambah Susi.

Shell Indonesia juga mengelola beberapa fasilitas lain di sektor energi, seperti akuisisi EcoOils pada 2022.

Akuisisi ini memperkuat portofolio Shell di bahan bakar rendah karbon.

Dr. Aditya menilai, “Langkah Shell menunjukkan transisi dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menuju solusi energi yang lebih ramah lingkungan.”

Lihat Juga:  Viral Joget TikTok, Fenomena Menggiurkan atau Lahan Iklan Judi?

Keputusan penutupan SPBU Shell di Indonesia mencerminkan perubahan strategis yang lebih luas dalam bisnis energi global.

Perusahaan ini tidak hanya beradaptasi dengan kebutuhan pasar, tetapi juga mengarahkan fokus pada keberlanjutan.

Meski demikian, dampaknya terhadap konsumen di Indonesia, khususnya di Medan, akan menjadi perhatian utama.

Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News

Ikuti juga Sosial Media kami di Facebook dan Instagram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *