Haedline, Gema Sumatra – Jeju Air adalah maskapai berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan.
Maskapai ini menjadi simbol kemajuan industri penerbangan Korea Selatan dengan terus berkembang dan melayani penumpang sejak di dirikan pada tahun 2005.
Maskapai ini di kenal dengan layanan inovatif yang menjangkau berbagai destinasi domestik dan internasional.
Jeju Air telah melayani jutaan penumpang selama hampir dua dekade.
Maskapai ini menawarkan rute strategis yang menghubungkan kota-kota besar di Asia, termasuk Indonesia.
Namun, insiden tragis yang terjadi baru-baru ini mengguncang reputasi maskapai tersebut dan memunculkan pertanyaan besar terkait keselamatan penerbangan.
Pada 29 Desember 2024, pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 mengalami kecelakaan fatal saat mendarat di Bandara Internasional Muan.
Pesawat jenis Boeing 737-800 yang mengangkut 181 orang mengalami kegagalan teknis setelah mengalami multiple bird strikes.
Insiden ini membuat pesawat kehilangan kendali dan tergelincir di landasan pacu, hingga akhirnya menabrak pagar pembatas dan terbakar.
Kecelakaan tersebut mengakibatkan 179 korban jiwa, menjadikannya salah satu tragedi udara terburuk dalam sejarah Korea Selatan.
Komite Keselamatan Transportasi Korea Selatan menemukan bird strikes sebagai penyebab utama kegagalan sistem pendaratan pesawat.
Insiden ini terjadi saat burung-burung menabrak mesin dan struktur pesawat.
Namun, beberapa pakar penerbangan juga menyoroti pentingnya perawatan pesawat dan pelatihan awak sebagai faktor penunjang keselamatan.
Publik dan regulator mendesak Jeju Air transparan dalam prosedur keselamatan.
Mereka juga meminta langkah mitigasi untuk mencegah risiko serupa.
Tragedi ini memberikan dampak luas tidak hanya pada Jeju Air, tetapi juga pada industri penerbangan Korea Selatan secara keseluruhan.
Selama dua dekade terakhir, Korea Selatan telah berhasil meningkatkan standar keselamatan penerbangannya, menjadikannya contoh global dalam reformasi keselamatan udara.
Namun, insiden di Muan ini menunjukkan bahwa tantangan tetap ada, bahkan bagi maskapai dengan reputasi baik seperti Jeju Air.
Beberapa pihak menyerukan perlunya revisi sistematis terhadap regulasi keselamatan penerbangan untuk mengakomodasi berbagai risiko yang terus berkembang.
Jeju Air sendiri telah menyatakan komitmennya untuk bekerja sama penuh dalam investigasi dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
Dalam sebuah pernyataan resmi, manajemen maskapai menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban serta menjanjikan dukungan penuh selama masa sulit ini.
Otoritas penerbangan Korea Selatan mengevaluasi ulang kebijakan keselamatan nasional.
Mereka juga menerapkan teknologi canggih untuk mengurangi risiko bird strikes di bandara utama.
Sebagai maskapai yang telah menjadi pionir dalam memperluas akses penerbangan bagi masyarakat Asia Timur, Jeju Air menghadapi tugas berat untuk memulihkan kepercayaan publik.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa keselamatan harus tetap menjadi prioritas utama dalam industri penerbangan.
Maskapai, regulator, dan industri terkait harus bekerja sama untuk mencegah insiden serupa.
Langkah-langkah konkret perlu segera di terapkan demi meningkatkan keselamatan penerbangan.
Jeju Air memiliki peluang untuk tidak hanya memulihkan reputasinya tetapi juga menjadi teladan dalam mengatasi tantangan keselamatan di era modern penerbangan.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News