Ancaman Trump terhadap BRICS Picu Respons

Dampak Kebijakan Trump terhadap Perdagangan

Ket foto: Ancaman Trump Guncang BRICS (Sumber Foto: Pinterest/hubpages.com)
Ket foto: Ancaman Trump Guncang BRICS (Sumber Foto: Pinterest/hubpages.com)

Headline, Gema Sumatra – Ancaman yang dilontarkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, terhadap negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

Ancaman ini memicu respons tegas dari anggota kelompok tersebut.

Trump sebelumnya menyatakan bahwa negara-negara seperti China dan Rusia akan menghadapi tarif tinggi jika ia terpilih kembali.

Langkah ini, meskipun kontroversial, dipandang sebagai bagian dari strategi proteksionis untuk mengurangi ketergantungan ekonomi AS pada negara lain, sekaligus meningkatkan daya saing domestik.

Respons terhadap ancaman tersebut datang dari berbagai negara anggota BRICS, yang semakin fokus pada upaya dedolarisasi dalam perdagangan internasional.

Negara-negara ini berusaha mengurangi ketergantungan pada dolar AS, dengan memperkenalkan mata uang lokal dalam transaksi antarnegara mereka.

Langkah ini juga di lihat sebagai upaya untuk mengurangi pengaruh dominan AS dalam sistem keuangan global.

Lihat Juga:  Gautam Adani Terjerat Kasus Suap Proyek Energi Surya

Seperti yang disampaikan oleh profesor ekonomi dari Universitas Moskow, Andrei Yushkov, “Dedolarisasi dapat memperkuat posisi negara-negara BRICS dalam menghadapi gejolak ekonomi global yang disebabkan oleh kebijakan unilateral AS.”​

Pentingnya strategi ini semakin terasa setelah AS menerapkan tarif yang tinggi pada berbagai barang impor dari negara-negara seperti China.

Kebijakan Trump selama masa jabatannya memang menciptakan ketegangan perdagangan global.

Dampaknya tidak hanya terasa di AS, tetapi juga di negara mitra dagangnya.

Sejumlah perusahaan Eropa dan Kanada, misalnya, merasa terancam karena produk mereka menjadi lebih mahal di pasar AS, yang mengurangi daya saing mereka​.

Menurut analisis dari Economist Intelligence Unit (EIU), tarif-tarif ini juga memperburuk ketidakpastian di pasar global, terutama dalam sektor otomotif dan baja.

Lihat Juga:  Rusia Siap Respons Jika Diserang Rudal ATACMS AS

China merespons kebijakan Trump dengan memperkuat aliansi perdagangan bersama negara-negara berkembang.

Selain itu, China juga mempromosikan penggunaan yuan dalam transaksi internasional.

China mengambil langkah agresif untuk membuka lebih banyak pasar bagi produk domestik.

Mereka juga memperkenalkan inisiatif Belt and Road (BRI) yang fokus pada infrastruktur dan konektivitas.

BRICS mendorong dedolarisasi untuk menciptakan perdagangan internasional yang lebih stabil.

Langkah ini juga bertujuan mengurangi risiko dari kebijakan proteksionis AS.

Kelompok ini menghadapi tantangan menciptakan sistem yang lebih terkoordinasi.

Sistem ini harus memastikan transaksi antarnegara berjalan lancar tanpa bergantung pada dolar.

Ini bukan hanya soal ekonomi semata, tetapi juga tentang menciptakan aliansi yang lebih kuat di tengah ketidakpastian global.

Lihat Juga:  Kebakaran Wahana The Legend Stars di Jatim Park 3

Mengingat dampak dari kebijakan tersebut, langkah-langkah ini di harapkan dapat memberikan stabilitas dan mengurangi ketergantungan terhadap satu kekuatan ekonomi global.

Seperti yang di ungkapkan oleh ekonom senior, Samuel Shon, “Pengurangan penggunaan dolar dalam transaksi internasional merupakan langkah penting bagi negara-negara berkembang yang ingin menegosiasikan lebih banyak kendali atas kebijakan ekonomi global mereka.”

Seiring dengan berjalannya waktu, dampak ancaman Trump terhadap negara-negara BRICS akan terlihat semakin nyata seiring waktu.

Negara-negara tersebut terus beradaptasi dan memperkuat kerja sama menghadapi tantangan global.

Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News

Ikuti juga Sosial Media kami di Facebook dan Instagram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *