Petani Krueng Pase Andalkan Pompanisasi dan Hujan

Krisis Air karena Bendung Rusak

Ket foto: Sawah (Sumber Foto: Instagram/kabaraceh_news)
Ket foto: Sawah (Sumber Foto: Instagram/kabaraceh_news)

Aceh Utara, Gema Sumatra – Petani di kawasan Krueng Pase, khususnya Gampong Masjid, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara, memulai musim tanam dengan tantangan besar.

Petani di Krueng Pase mengandalkan air hujan dan pompanisasi dari aliran sungai untuk mengairi sawah mereka.

Kerusakan Bendung Daerah Irigasi (DI) Krueng Pase yang belum selesai direhabilitasi memaksa mereka mencari sumber air alternatif.

Perbaikan bendung ini telah tertunda selama empat tahun, menyebabkan para petani harus bergantung pada curah hujan dan alternatif lainnya agar tanaman mereka tetap bisa tumbuh.

Namun, ketergantungan pada air hujan tidak dapat di jadikan solusi jangka panjang, terutama di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu.

Lihat Juga:  Jokowi Sebut Impor Beras Penyebab Kenaikan Harga

Zulfikar Mulieng, Ketua Gerakan Pemuda Berusahatani (GEPEUBUT) Aceh, menyampaikan bahwa pompanisasi menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia saat ini.

Pompa tersebut menggunakan aliran sungai untuk mengairi sawah, namun sangat di pengaruhi oleh intensitas hujan.

Jika hujan turun sedikit, volume air akan berkurang, dan ini menghambat distribusi air ke lahan pertanian.

Zulfikar menekankan pentingnya percepatan perbaikan Bendung DI Krueng Pase sebagai satu-satunya solusi permanen agar petani dapat kembali memanfaatkan sistem irigasi secara optimal.

Bendung DI Krueng Pase merupakan infrastruktur vital bagi ratusan hektar sawah di wilayah tersebut.

Sayangnya, sejak kerusakan terjadi, proyek rehabilitasi yang berada di bawah tanggung jawab Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I belum dapat di selesaikan.

Lihat Juga:  Harga Beras Tinggi, Pendapatan Petani Justru Rendah

BWS menjanjikan bahwa perbaikan akan rampung pada Januari 2025.

Sambil menunggu penyelesaian ini, para petani terus berupaya menjaga produktivitas mereka dengan berbagai cara alternatif, meski efisiensinya terbatas.

Jika bendungan ini tidak segera diperbaiki, hasil panen para petani di Krueng Pase akan semakin menurun.

Penurunan hasil panen tersebut akan berdampak negatif pada kesejahteraan ekonomi mereka.

Oleh karena itu, GEPEUBUT terus mengadvokasi perbaikan infrastruktur ini kepada pemerintah dan pihak terkait agar janji mereka bisa segera terealisasi.

Meski saat ini pompanisasi membantu, kebutuhan akan bendung irigasi yang berfungsi dengan baik sangat mendesak untuk menjamin ketahanan pangan di Aceh Utara.

Ekspektasi petani tinggi, karena bendung ini tidak hanya sekadar infrastruktur, melainkan urat nadi kehidupan pertanian di kawasan tersebut.

Lihat Juga:  88 Ribu Orang Akses Situs PPDB Jakarta 2024 di Pagi Hari, Terjadi Penumpukan Awal

Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News.

Ikuti juga Sosial Media kami di Facebook dan Instagram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *