BMKG, Gumpalan Putih di Murung Raya Bukan Awan Jatuh

BMKG Tegaskan Bukan Awan Jatuh

Ket foto: Gumpalan Putih di Murung Raya (Sumber Foto: Instagram/indotoday)
Ket foto: Gumpalan Putih di Murung Raya (Sumber Foto: Instagram/indotoday)

Nasional, Gema Sumatra – Fenomena “gumpalan putih” yang terlihat di langit Muara Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, baru-baru ini menarik perhatian publik.

Rekaman video yang menunjukkan gumpalan menyerupai awan turun perlahan ke permukaan tanah telah menyebar luas di media sosial.

Banyak yang berspekulasi bahwa itu adalah awan jatuh, namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa fenomena ini bukanlah awan alami.

Menurut Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, awan tidak dapat jatuh ke tanah dalam bentuk padat karena partikel awan sangat ringan dan tersebar dengan densitas rendah.

“Awan alami terdiri dari kumpulan tetesan air atau kristal es yang tetap melayang di atmosfer dengan bantuan arus udara. Sebelum mencapai tanah, partikel awan biasanya menguap karena perubahan lingkungan,” jelasnya.

Lihat Juga:  Mengapa Perusahaan Global Seperti Tesla dan Google Pilih Malaysia daripada Indonesia dalam Setahun Terakhir?

Oleh karena itu, fenomena ini kemungkinan besar adalah kondensasi uap air atau gas yang berasal dari aktivitas manusia di area pertambangan.

Fenomena ini di perkirakan terjadi akibat pelepasan gas bertekanan tinggi dari aktivitas tambang.

Lingkungan dengan suhu rendah dan kelembapan tinggi mendukung pembentukan gumpalan uap.

Gumpalan ini terlihat seperti awan turun atau jatuh karena bergerak ke area yang lebih rendah akibat gravitasi atau kerapatannya yang lebih besar daripada udara di sekitarnya.

“Uap atau gas ini sering kali lebih padat daripada awan alami, sehingga tampak seperti bisa disentuh atau di pegang. Namun, ini hanyalah efek visual,” tambah Andri.

BMKG juga menekankan bahwa fenomena ini bersifat sementara dan tidak berbahaya.

Lihat Juga:  Aktivitas Sesar Garsela Pemicu Gempa Di Bandung

“Masyarakat di sekitar lokasi penemuan tidak perlu khawatir. Fenomena ini bukan tanda gangguan alam atau bencana,” kata Andri.

Menurut laporan Antaranews, kejadian serupa pernah terjadi di wilayah lain dengan aktivitas teknis yang intensif, seperti area industri atau tambang.

Pendekatan ilmiah yang dilakukan BMKG menunjukkan pentingnya memahami fenomena atmosfer melalui pengamatan dan analisis.

“Kondisi ini menunjukkan interaksi antara aktivitas manusia dan lingkungan yang menciptakan fenomena visual unik,” kata seorang ahli meteorologi.

BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap informasi yang beredar di media sosial dan memastikan kebenarannya melalui sumber yang kredibel.

Fenomena ini mencerminkan bagaimana teknologi dan pengetahuan ilmiah dapat membantu menjelaskan kejadian yang membingungkan masyarakat.

Lihat Juga:  Gempabumi M 6.4 Guncang Gorontalo, Warga Panik

Publik di imbau untuk selalu merujuk pada lembaga resmi seperti BMKG untuk mendapatkan informasi yang akurat.

BMKG, sebagai lembaga berkompeten, terus meningkatkan kemampuannya dalam mengawasi dan menganalisis fenomena cuaca demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat.

Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News

Ikuti juga Sosial Media kami di Facebook dan Instagram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *