Jawa Timur, Gema Sumatra – Ponorogo di landa banjir besar yang menggenangi permukiman dan fasilitas umum pada Senin (16/12/2024).
Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu malam menyebabkan tanggul di Kelurahan Paju, Kecamatan Ponorogo Kota, jebol.
Akibatnya, ratusan rumah warga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter di beberapa lokasi.
Kondisi ini memaksa ratusan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti balai desa, sekolah, dan rumah ibadah.
Selain itu, banjir juga merendam sejumlah fasilitas umum seperti sekolah dan puskesmas, sehingga aktivitas masyarakat lumpuh total.
“Air cepat naik setelah tanggul jebol. Kami hanya sempat menyelamatkan surat-surat dan pakaian,” ujar Wati, warga terdampak.
Banjir ini tidak hanya merendam rumah dan fasilitas umum, tetapi juga melumpuhkan jalur transportasi utama di Ponorogo, termasuk jalur Ponorogo-Pacitan.
Kendaraan tidak dapat melintas karena jalan terendam air setinggi lutut orang dewasa.
Kondisi ini memutus akses warga di beberapa desa, sehingga bantuan sulit di salurkan.
Lebih tragis, banjir ini menyebabkan dua korban jiwa yang di laporkan terseret arus deras.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo, jenazah kedua korban telah di temukan oleh tim SAR pada Senin sore.
“Korban pertama pria dewasa yang menyelamatkan ternaknya, sementara korban kedua anak yang bermain di dekat sungai,” ujar Kepala BPBD Ponorogo, Yudi Santoso.
BNPB segera mengerahkan bantuan darurat, termasuk logistik, perahu karet, dan tenda pengungsian.
Selain itu, BNPB berencana melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah terdampak.
“Operasi modifikasi cuaca akan di lakukan dalam dua hari ke depan dengan harapan bisa mengurangi potensi curah hujan ekstrem.
Kami juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap ancaman banjir susulan,” kata Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto.
Sementara itu, pemerintah daerah terus memantau kondisi tanggul yang jebol dan merencanakan perbaikan darurat untuk mencegah banjir semakin meluas.
Selain itu, dapur umum telah mendirikan untuk memenuhi kebutuhan makanan para pengungsi.
Di tengah situasi darurat, anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, mengajak masyarakat memberikan bantuan langsung ke lokasi terdampak.
Menurutnya, dukungan langsung sangat berarti bagi para korban, baik dalam bentuk logistik maupun tenaga sukarela.
“Saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turun tangan membantu saudara-saudara kita yang terkena bencana.
Ini saatnya kita menunjukkan solidaritas sebagai bangsa,” ujar Novita.
Ia menekankan perlunya pemerintah memperbaiki tanggul dan sistem pengairan agar bencana serupa tidak terulang.
Menurut ahli hidrologi Universitas Brawijaya, Dr. Sutanto, banjir Ponorogo di picu hujan deras dan buruknya kondisi tanggul serta drainase.
Tanggul di Kelurahan Paju di ketahui sudah mengalami kerusakan sejak beberapa tahun terakhir, namun belum mendapatkan perbaikan signifikan.
“Kerusakan tanggul adalah bom waktu.
Jika tidak segera di perbaiki, kejadian seperti ini akan terus berulang,” kata Dr. Sutanto.
Ia menyarankan pemerintah daerah rutin menginspeksi tanggul, drainase, dan mempercepat rehabilitasi sungai serta pengelolaan lingkungan.
BMKG memperkirakan Ponorogo masih akan di guyur hujan lebat dalam beberapa hari ke depan, meningkatkan risiko banjir susulan.
Hal ini meningkatkan risiko banjir susulan, terutama jika tanggul tidak segera di perbaiki.
Masyarakat di imbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang, seperti mengungsi ke tempat yang lebih aman jika air mulai naik.
Banjir di Ponorogo menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam.
Pemerintah perlu lebih banyak berinvestasi dalam perbaikan tanggul, normalisasi sungai, dan pembangunan sistem drainase untuk penanggulangan banjir.
Di sisi lain, masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran lingkungan, seperti menghindari pembuangan sampah ke sungai yang dapat menyumbat aliran air.
“Masa depan kita bergantung pada bagaimana kita menjaga alam dan membangun infrastruktur yang tangguh,” ujar Dr. Sutanto.
Banjir di Ponorogo menjadi ujian berat sekaligus momentum untuk memperkuat solidaritas dan kesadaran bersama.
Dukungan berbagai pihak penting untuk membantu korban, memperbaiki infrastruktur, dan mencegah bencana serupa di masa depan.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News