Gema Sumatra, 09 September 2024 – Tepat 20 tahun yang lalu, pada 7 September 2004, Munir Said Thalib, seorang aktivis hak asasi manusia yang dikenal luas, menjadi korban pembunuhan.
Munir di racun dalam penerbangan menuju Amsterdam, dan peristiwa ini mengguncang seluruh Indonesia serta menimbulkan berbagai pertanyaan tentang keadilan dan hak asasi manusia di negara ini
Meskipun dua dekade telah berlalu, kasus tersebut belum menemui penyelesaian yang memadai, dan banyak yang merasa bahwa keadilan masih jauh dari jangkauan.
Putri bungsu Munir, Diva Suukyi Larasati, kini berusia 22 tahun, dan masih merasakan dampak besar dari kehilangan ayahnya.
Saat Munir meninggal, Diva baru berusia dua tahun, sehingga ia tumbuh besar tanpa kehadiran sosok ayah yang sangat dicintai.
Dengan penuh harapan dan determinasi, Diva mengungkapkan rasa frustasinya terhadap ketidakpastian kasus hukum ini.
“Bapak Jokowi, Bapak SBY, tolong selesaikan. Sampai sekarang belum [selesai] lho, [sudah] 20 tahun,” ujarnya dengan nada penuh harapan.
Diva merasa bahwa tuntutannya untuk keadilan tidak pernah berubah sejak dulu. Ia menyatakan, “Tuntutan saya masih sama sampai sekarang.
Tuntutan ibu saya, sama sampai sekarang. Berikan keadilan bagi bapak saya,” sambil menahan air mata.
Diva terus mengingatkan masyarakat dan pemerintah untuk menyelesaikan kasus ini.
Ia bertekad memastikan pelaku di adili sesuai hukum sebagai penghormatan layak kepada ayahnya.
Lebih dari sekadar menuntut keadilan untuk ayahnya, Diva juga menyerukan agar pemerintah segera menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia lainnya di Indonesia.
“Berikan keadilan bagi seluruh warga Indonesia. Tunjukkan bahwa Indonesia mampu menyelesaikan kasus pelanggaran HAM,” tegas Diva.
Seruannya menggambarkan keinginan mendalam untuk melihat perubahan nyata dalam sistem hukum dan keadilan di negara ini.
Dengan suara bergetar, Diva menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Indonesia yang telah secara konsisten mengawal kasus pembunuhan ayahnya.
Ia merasakan dukungan dari orang-orang yang peduli dan terus memperjuangkan keadilan untuk Munir.
Diva berharap keadilan untuk ayahnya dan semua korban pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia segera terwujud sebagai kenyataan, bukan hanya sekadar impian.
Kisah Munir dan perjuangan Diva adalah pengingat bahwa pencarian keadilan sering kali merupakan perjalanan panjang yang memerlukan ketekunan dan keberanian.
Meskipun 20 tahun telah berlalu, semangat untuk menuntut kebenaran dan keadilan tetap hidup, menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang demi hak asasi manusia dan keadilan sosial di Indonesia.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News.