Sabang, Gema Sumatra – Distribusi bahan pokok dan material dari Banda Aceh ke Sabang lumpuh total akibat aksi mogok para sopir angkutan barang.
Aksi protes ini terjadi pada Senin, 2 Desember 2024, dipicu oleh kebijakan sistem tiket online yang diberlakukan oleh PT ASDP Indonesia Ferry.
Para sopir menyebut kebijakan ini menyulitkan operasional mereka, terutama dalam memastikan pengiriman barang tiba tepat waktu.
Salah satu sopir yang enggan disebutkan namanya mengatakan, “Kuota tiket yang terbatas membuat kami harus mengantre lebih lama, dan biaya tambahan tiket online semakin membebani kami.”
Pelayanan distribusi di jalur ini sangat penting, karena Sabang mengandalkan sebagian besar kebutuhan pokok dari Banda Aceh.
Jalur ini menggunakan kapal ferry dari Pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh ke Pelabuhan Balohan di Sabang.
Biasanya, kapal ferry beroperasi tiga kali sehari, tetapi tergantung pada kondisi cuaca dan antrian kendaraan di pelabuhan.
Dengan terhentinya operasional angkutan barang, pasokan sembako dan material ke Sabang terganggu.
Masyarakat setempat khawatir pasokan kebutuhan harian mereka akan terganggu jika situasi ini terus berlangsung.
Salah satu perwakilan sopir mengungkapkan bahwa kebijakan ini menambah tekanan operasional.
“Kami tidak menolak teknologi, tetapi sistem ini harus mempertimbangkan kebutuhan kami sebagai pengguna utama jasa pengiriman barang,” katanya.
Para sopir juga menyoroti tambahan biaya administrasi yang memberatkan, selain dampak keterlambatan akibat perubahan sistem.
Aksi mogok ini membuat para sopir angkutan mengadakan audiensi dengan pimpinan DPRK Sabang dan Kepala ASDP Cabang Banda Aceh.
Pertemuan berlangsung di kantor DPRK Sabang, di mana kedua pihak mencoba mencari jalan tengah.
Salah satu anggota DPRK Sabang mengatakan, “Kami memahami keresahan para sopir dan akan mencari solusi terbaik agar distribusi barang tidak terhambat lebih lama.”
Harapannya, dialog ini menghasilkan kebijakan baru yang lebih fleksibel dan tidak merugikan operasional jasa angkutan barang.
Sementara itu, pihak ASDP menyatakan bahwa kebijakan tiket online bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi operasional pelabuhan.
Namun, mereka berkomitmen untuk mengevaluasi kebijakan ini jika memang di temukan kendala teknis di lapangan.
“Kami tidak ingin kebijakan ini malah merugikan pihak yang menjadi mitra kami, termasuk sopir angkutan barang,” ujar perwakilan ASDP.
Krisis ini menyoroti pentingnya pendekatan inklusif dalam penerapan teknologi.
Kebijakan yang menyangkut banyak pihak perlu mempertimbangkan masukan dari pengguna jasa untuk memastikan keberlanjutan layanan dan kepuasan semua pihak.
Dengan koordinasi yang baik, di harapkan distribusi antara Banda Aceh dan Sabang segera pulih, sehingga kebutuhan masyarakat tidak terganggu.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News