Banda Aceh, Gema Sumatra – Di tengah upaya pemulihan pasca-tsunami, Tim Meuseuraya baru-baru ini berhasil mengembalikan nisan bersejarah ke tempat asalnya di Lamjamee, Banda Aceh.
Kawasan ini hancur akibat tsunami pada tahun 2004, dan nisan berpindah hingga 30 meter dari posisi semula.
Proses ini merupakan langkah penting dalam melestarikan warisan budaya yang hampir hilang setelah bencana yang melanda.
Menurut arsip sejarawan J.J. De Vink, yang mendokumentasikan nisan pada tahun 1912, nisan tersebut adalah milik Tgk Ghuriy.
Dokumentasi ini memberikan informasi berharga tentang keberadaan nisan tersebut sebelum bencana.
Namun, pada tahun 2004, setelah tsunami melanda Banda Aceh, peneliti Perancis Claude Guillot dan Ludvik Kallus mengunjungi kompleks makam tersebut.
Mereka tidak menemukan nisan yang dimaksud dan hanya menemukan nisan besar bersayap.
Penemuan ini menambah kebingungan mengenai keberadaan nisan yang di catat oleh De Vink.
Bencana tsunami menyebabkan nisan yang berukuran sekitar 50x60x150 cm berpindah dari posisi asalnya.
Setelah pergeseran yang signifikan, nisan tersebut terletak jauh dari lokasi aslinya, menimbulkan tantangan besar dalam proses pemulihan.
Dalam kegiatan Meuseuraya, tim dan masyarakat setempat melakukan gotong royong untuk mengembalikan nisan ke tempat asalnya.
Mereka bekerja keras menghadapi berbagai kesulitan untuk memastikan nisan yang bersejarah ini kembali ke lokasi yang tepat.
Proses ini melibatkan pemindahan fisik nisan dengan hati-hati serta penataan ulang lokasi yang terkena dampak tsunami.
Upaya pemulihan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga pada pelestarian nilai historis yang terkandung dalam nisan tersebut.
Tim Meuseuraya berkolaborasi dengan ahli sejarah dan masyarakat lokal untuk memastikan bahwa nisan yang telah berpindah kembali ke posisi yang benar.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya lebih besar untuk menjaga dan menghormati warisan budaya lokal yang hampir hilang akibat bencana.
Pelestarian nisan ini juga penting dalam konteks sejarah dan budaya lokal.
Nisan tersebut merupakan bagian dari warisan yang mendokumentasikan sejarah dan kehidupan masa lalu.
Mengembalikannya ke tempat asalnya memungkinkan generasi mendatang untuk menghargai dan memahami warisan yang hampir hilang.
Upaya ini juga menunjukkan dedikasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan sejarah mereka meskipun menghadapi dampak bencana besar.
Tim Meuseuraya telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memastikan bahwa warisan budaya Banda Aceh tetap terjaga dan di hormati, memperkuat rasa identitas dan kebanggaan komunitas setempat.
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News.