Aceh Barat, 29 Agustus 2024 – Warga Peunaga Pasi, Kecamatan Meureubo, sibuk mengumpulkan batu bara di sepanjang bibir pantai.
Kegiatan ini telah berlangsung sejak pertengahan Agustus 2024, ketika tumpahan batu bara mulai terlihat di pesisir pantai.
Warga mengumpulkan batu bara tersebut dalam karung-karung dan menjualnya kepada PT Mifa Bersaudara, dengan harga sekitar Rp30 ribu per karung.
Menurut Muhammad Nasir, Sekretaris Desa Peunaga Pasi, menginformasikan bahwa hingga saat ini, warga setempat telah berhasil mengumpulkan sekitar 4.300 karung batu bara.
Untuk memastikan batu bara yang diambil tidak tercampur dengan sampah, perusahaan terlebih dahulu melakukan pengecekan menyeluruh.
“Jika tidak diterima, batu bara akan dibuang kembali ke laut,” ungkap Nasir.
Ia juga menekankan bahwa warga berharap perusahaan turut serta dalam membersihkan pantai, mengingat dampak pencemaran yang semakin nyata.
Bagi sebagian warga, pengumpulan batu bara ini memberikan sumber penghasilan tambahan yang cukup signifikan.
Beberapa di antaranya bahkan menyelam ke dasar laut untuk mendapatkan batu bara yang lebih banyak.
Dalam tiga hari, ada warga yang mampu mengumpulkan hingga 59 karung.
Meski demikian, aktivitas ini juga membawa dilema, karena tumpahan batu bara yang berulang kali terjadi di pantai ini menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup.
Pencemaran batu bara tidak hanya mengubah warna air laut menjadi hitam kecoklatan, tetapi juga dapat merusak ekosistem laut.
Salah satunya terumbu karang yang merupakan habitat penting bagi berbagai spesies ikan dan organisme laut lainnya.
Kerusakan ini mengancam keseimbangan ekosistem laut dan berdampak negatif pada keberagaman hayati di area tersebut.
Terumbu karang yang rusak mengakibatkan penurunan populasi ikan, yang pada gilirannya mengancam mata pencaharian para nelayan di daerah tersebut.
Selain itu, terumbu karang yang sehat berperan penting dalam melindungi kawasan pesisir dari gelombang laut yang besar, yang dapat mengancam keselamatan penduduk.
Perusahaan tambang belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai insiden tersebut, meskipun ada tuntutan dari masyarakat dan aktivis lingkungan.
Tekanan terus meningkat agar perusahaan segera mengklarifikasi situasi dan mengambil tindakan yang bertanggung jawab.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat juga mulai menelusuri indikasi pencemaran yang lebih luas, mengingat tumpahan batu bara ini bukanlah yang pertama kali terjadi di wilayah tersebut.
Masyarakat lokal berharap ada tindakan tegas untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai tanggung jawab perusahaan tambang terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Untuk mencegah dampak tersebut, langkah-langkah mitigasi yang efektif harus segera diterapkan.
Oleh karena itu, penting bagi pihak berwenang dan masyarakat setempat untuk berkolaborasi dalam mencari solusi yang tepat.”
Ikuti Update Berita Terkini Gema Sumatra di: Google News.